Kamis, Desember 22, 2011

Sea Games '91

Pelatih Anatoly Polosin dan skuad Timnas Indonesia 1991 yang membanggakan. Tatap mata pasti seorang pria di sudut Stadion Rizal Memorial, menatap fokus 11 pemain arahan nya dengan lambang Garuda di dada. Hiruk pikuk puluhan ribu penonton yang memadati stadion yang pernah menjadi tempat konser The Beatles tersebut tak mengurangi konsentrasinya. Trio Anatoly Polosin, Vladimir Urin dan Danurwindo telah memberikan konsep matang bagi Tim Merah-Putih.

Eddy Harto terlalu sulit ditembus gawang nya oleh para striker lawan. Widodo C Putro dan Rochy Putiray terlalu tajam untuk dibendung Malaysia, Hariamu Malaya pun mereka jinakkan 2-0. Robby Darwis seperti menguasai 1 lapangan penuh ketika daya jelajah nya memastikan kemenangan 1 gol tak berbalas Indonesia atas Vietnam. Tuan rumah - Filipina mungkin yang paling menyulitkan, tapi lagi-lagi Ferryl Hattu dan Rochy Putiray membuat Garuda terbang dengan kemenangan 2-1. Mentalitas menjadi kunci kemenangan di 2 laga vital, semifinal dan final, kedua nya diakhiri lewat drama adu penalti. Tak hanya stamina, yang semula menjadi fokus pelatih Polosin, tapi juga daya juang, yang kemudian menjadi kunci meraih emas kedua di Sea Games.

20 tahun lalu, ketika sepakbola dilakukan dengan penuh perhitungan dan persiapan matang berakhir dengan resume membanggakan. Di era kepelatihan Polosin, sudah menjadi pemandangan biasa pemain menepi untuk muntah, akibat keras nya porsi fisik dalam latihan. Polosin yang pendiam, mengaku jika persiapan matang menjadi kunci sukses Timnas kala itu. Tidak ada proyek politis, yang hanya ada persiapan teknis seperti terjun ke Piala Presiden di Korsel dan Merdeka Games di Kuala Lumpur. Di Korea, tim nasional mendapat pengalaman berharga saat diremukkan Malta 0-3, Korea Selatan 0-3 dan Mesir 0-6. Di Kuala Lumpur, Indonesia dibungkam klub Austria - Admira Wecker 0-2, Timnas U-23 Cina 1-3 dan menang atas Malaysia 2-1. Ujicoba berkualitas, maka ketika di Manila, semua nya menjadi terasa mudah. "Medali emas ini karena pemain sudah mau berlatih keras," - Polosin (dengan bahasa Indonesia yang belum lancar). Teriakan khas Polosin di sesi latihan Timnas di Stadion Utama Senayan. 'Cipat cipat cipat cipat...!!!!' (maksudnya 'cepat').

"Berlatih seperti berperang, berperang seperti berlatih.'' untuk Anatoly Polosin dan skuad Timnas '91-nya yg membanggakan.

Sedikit Cerita Sea Games '79

Diantara beragam ajang yang pernah dilakoni Timnas Indonesia, Sea Games menjadi salah satu yang paling berkesan. Uniknya, ada 4 gelaran Sea Games yg sangat spesial bagi Timnas , karena pencapaiannya dan karena dihelat di Indonesia. 4 gelaran Sea Games yaitu 1979, 1987, 1997 dan 2011. Seluruh nya dilangsungkan di Jakarta. Uniknya, dari 4 gelaran Sea Games tadi, Timnas Indonesia selalu mampu menembus babak puncak. Yap betul, rekap dr 4 gelaran Sea Games kita berhasil meraih 1 emas dan 3 perak. Buat kami itu pencapaian yang luar biasa baik, kenapa? Karena kita kalah oleh ketidakberuntungan saja.

Salah satu generasi terbaik, Class of '79, Timnas dihuni sejumlah pemain hebat seperti Ronny Pattinasarany, Iswadi Idris hingga Risdianto. Dan jangan lupakan pula pemain serba bisa - Berty Tutuarima. Tim di Sea Games '79 yang konon menjadi kerangka utama sukses prestasi Timnas menembus babak semifinal Asian Games Seoul '86. Timnas di Sea Games 79 diarsiteki penasehat teknik Wiel Coerver dengan duet pelatih Sartono Anwar dan Harry Tjong.

Minggu sore, 30 Sep '79, 100.000 pasang mata memadati stadion Senayan, kita menghadapi Malaysia di babak final. Simson Rumahpasal sebagai bek kanan, Berty di bek kiri, sementara Ronny menjadi libero. Ketika Ronny coba memberi umpan kepada Simson, seorang pemain Malaysia menyerobot bola. Umpan dilepaskan kepada punggawa Harimau Malaya - Mokhtar Dahari, yg melesakkan bola ke gawang kiper Haryanto. Di tahun 97, Ronny pernah bercerita jika kejadian tersebut masih membekas dalam benaknya, kita takluk 0-1. Ronny mengaku dirinya masih beradaptasi sebagai libero, karena biasanya beliau di plot di lini tengah. Tak akan ada kekecewaan berlebih jika anda menyimak kisah di balik perjuangan tersebut berikut ini.

Akhir Juli '79, 30 pemain dikumpulkan di Lembang utk pelatnas, Ronny adalah senior ketika itu. Jangan bayangkan tempat pelatnas yang semegah Hotel Atlet Century, dimana 2 pemain menghuni 1 kamar yang sangat nyaman. Tempat Pelatnas di Lembang penuh sesak dengan 30 pemain, plus official termasuk diantaranya Wiel Coerver. Rully Nere yg menjadi young guns kala itu berujar 'kami sampai menyulap garasi menjadi kamar tidur'. Kejadian unik, karena Ronny yang berstatus bintang dan senior, adalah orang yang harus tidur di garasi, ini instruksi Wiel Coerver. Ronny adalah bintang Warna Agung, pemain lain seperti Rully dan Iswadi merasa 'tidak enak', karena kedua nya tidur di kamar depan. Dengan memberanikan diri, Iswadi coba menanyakan kebijakan tersebut kepada sang penasehat teknis anyar - Wiel Coerver. Rully kepada Wiel 'Ronny adalah pemain top, kami tidak ingin melihatnya tidur di garasi.' Jawaban Wiel, 'Ronny sama dengan pemain lain.' Wiel melakukan itu justru karena tau kebintangan Ronny, dia seperti 'menguji' Ronny. Lebih dari seminggu Ronny tidur di garasi, tak ada protes sedikit pun dari sang legenda. Almarhum memperlihatkan teladan besar. 'Hingga akhir nya Ronny diberikan tempat tidur di paling depan oleh Wiel, tempat yang paling nyaman.' - Risdianto. Hormat kami kepada dua pelakon besar sepakbola Indonesia, Ronny Pattinasarany dan Wiel Coerver.

Penerjemah Wiel Coerver - Sugih Hendarto mengutarakan, awalnya Wiel memasang Rudy Keltjes sebagai libero dan Ronny di tengah. Tapi karena Rudy cedera di laga versus Singapura, Wiel mempercayakan pos libero kepada punggawa nya yang bertalenta besar - Ronny Pattinasarany. Dengan formasi Ronny sebagai libero, Burma dihantam 2-1 dan Thailand dibungkam 3-1. Kita memang hanya mendapat perak saat itu, tapi meraih teladan emas dalam figur Ronny dan Wiel.

Wiel Coerver adalah pelatih yg mengupayakan kesejahteraan bagi para pemain Timnas Indonesia. 'Saya tak ingin pendapatan saya lebih besar dari kalian (pasukannya). Kaki kalian adalah periuk nasi.' - Wiel Coerver. Wiel Coerver menghadap ke Ketum PSSI - Bardarsono, untuk mengupayakan tunjangan bagi seluruh awak Timnas Indonesia.



*rangkuman tweet @indonesiasatufc

Rabu, Desember 21, 2011

Antonio Nocerino

Kalau ditanya, siapa pemain Milan yang paling hebat saat ini?
Jawaban-nya sudah pasti relatif dan beragam, mulai dari Zlatan, Cassano, Pato, Thiago Silva atau Christian Abbiati. Tapi kalau ditanya, siapa pemain Milan paling menyeruak ke permukaan sejauh ini. Jawaban yang akan keluar dari hampir semua Milanisti sudah pasti merujuk ke 1 orang pemain. Giocatori kelahiran Naples dan di-didik oleh akademi Juventus ini sudah mengoleksi 6 gol sejauh ini. Termasuk hattrick nya saat Milan meluluhlantakkan Parma 4 - 1. YA!! Dialah Antonio Nocerino.



Sekedar catatan, selama karir nya di sebuah klub Italia, torehan gol seorang Antonio Nocerino tidak pernah melebihi angka 6 dan itu dilalui nya selama beberapa musim di klub tersebut. Piacenza musim 2006/2007 dan Palermo musim 2008-2011. Kali ini dia berpeluang untuk melampaui torehan 6 gol tersebut, karena Milan baru setengah jalan di kompetisi Serie A, dan masih bertahan di fase 16 besar Liga Champion, serta ajang lokal lainnya yaitu Copa Italia. Sebenarnya semalam ( Cagliari vs Milan ), andai Pisano tidak berusaha menghalau bola yang akhirnya menghasilkan gol bunuh diri ke gawang nya sendiri, sudah barang tentu Nocerino yang berdiri tepat di belakang nya sudah sangat siap mengeksekusi bola tersebut, dan memecahkan "kutukan" 6 gol tersebut.

Dibeli awal musim ini dengan harga miring 500 ribu Euro untuk 5 tahun di hari terakhir mercato, Nocerino yang saat itu sedang berada di pusat pelatihan Azzuri langsung meng-iya-kan tawaran tersebut. Sebenarnya Nocerino bukanlah target utama mercato Milan. Ia dibeli lantaran Mathieu Flamini cedera parah yang memaksanya beristirahat hingga awal tahun.



Awal-awal penampilannya bersama Rossoneri tidaklah impresif, saat itu penampilannya terlihat lebih mirip seperti Gennaro Gattuso yang selalu bersemangat mengejar bola hingga ke ujung lapangan. Tapi segalanya mulai berbeda ketika Allenatore Massimiliano Allegri memindahkan posisi bermainnya dari semula gelandang kanan menjadi gelandang kiri. Seketika itu juga penampilan Noce mengkilap. Permainannya mulai terlihat solid dan benar benar memberi warna baru sisi kiri penyerangan Milan yang sebelumnya selalu dikuasai pemain berteknik super seperti Clarence Seedorf dan Ronaldinho.

Gol perdananya lahir justru saat melawan mantan klub nya Palermo di Renzo Barbara. Satu catatan saya, setelah dia berhasil menceploskan bola ke gawang Palermo tidak ada selebrasi yang di lakukannya. Respek nya terhadap mantan klub, mantan teman-teman se tim-nya, para suporter Palermo memaksanya untuk tidak bisa melakukan (menahan) selebrasi. Padahal itu adalah gol perdananya nya untuk Milan, gol bagi seorang pemain merupakan pembuktian bahwa ia pantas berada di klub tersebut, bahwa ia pantas bermain dan tidak hanya duduk di bangku cadangan, terlebih lagi gol tersebut merupakan gol pemecah kebuntuan bagi Milan. Hebat sekali saya pikir saat itu, seorang Nocerino mengesampingkan itu semua demi respek terhadap mantan klub serta suporter nya. Ciri-ciri seorang yang berjiwa besar.

Selasa, Desember 20, 2011

Kapten kami.. BIMA SAKTI !!

Meng-ulik2 catatan lama, ketemu note singkat seorang teman tentang Bima Sakti. Pernah dengar berita pemuda2 yang tawuran karena Piala Dunia 2010 lalu? Dari sanalah tulisannya terinspirasi. Akibat 'terusik' pasca gelaran Piala Dunia, sedikit tersentil meliat Kepatriotisan kalangan sekitar, yang sayangnya ditunjukkan untuk negara lain.

Kita selayaknya menjunjung bumi yang kita pijak, bukan negara itu, tempat yang jangan-jangan kita belum pernah kita kunjungi. Tentang euforia, bersikaplah sepantasnya, nikmati substansi saja, terlibatlah dalam emosi di dalamnya, petiklah segala ilmu dari ajang 4 tahunan tersebut. Kembalikan energi mu untuk tanah air, tempat kamu hidup, makan, menikah, beranak pinak dan mati nantinya. Jangan jengkel dengan kinerja sepakbola negeri kita, suatu hari nanti entah kapan, kebusukan mereka akan kalah termakan oleh semangat kita.

Kapten kami bukan Giggs, Maldini, Zanetti, Gerrard, Totti atau siapapun itu.. Kapten kami... BIMA SAKTI !!!


Kapten kami berasal dari galaksi BIMA SAKTI


Disini, tanggung jawab besar Bima diuji, sebagai kapten Indonesia di insiden sepakbola gajah vs Thailand Tiger Cup 1998


Masih ada sedikit cerita yang bisa kita teladani dari sosok seorang Bima Sakti Tukiman. Entah kenapa, kami selalu mem-favorit-kan pesepakbola dengan tipe 'membumi' seperti Bima Sakti. Jauh dari riak publisitias non olahraga. Seperti di hidup nya hanya ada sepakbola, keluarga dan INDONESIA. Bima Sakti yang kini bermain di Persema Malang, masih sama dengan Bima Sakti yang dulu bermain di klub Swedia - Helsingborgs. Apa maksudnya 'sama'...?? Trayek hidup Bima Sakti hanya STADION-RUMAH, yang kami tau Scholes jika di Inggris sana. Bima Sakti diberi amanah oleh Tuhan, seorang anak yang istimewa, dengan segala kemampuannya, dia rawat dan jaga dengan sepenuh hati. Putra Bima Sakti mengalami sedikit masalah di bagian motorik, namun insting kepemimpinan Bima Sakti berlaku juga di ruang lingkup keluarga.

Semua tau betapa keras nya tendangan Bima Sakti. Kami belum lama ini bertemu dengan nya di suatu kesempatan, dan kami dapati Bima Sakti menelpon istri dan anak nya sebelum latihan. Kala itu latihan dilangsungkan di Jakarta, keluarga Bima Sakti menetap di Malang.. Hanya untuk bersapa.. 'Sedang apa...??' Bima Sakti bermain sepakbola bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk keluarganya, passion.

Waktu senggang hanya diisi untuk bercengkrama dengan keluarga, anda tentu tak akan mendapati foto Bima Sakti dengan Rahma Azhari

Pada partai semifinal Piala Ho Chi Minh City di Vietnam, Bima mendapat tackle brutal dari pemain India - Bai chung Bhutia. Diagnosa cedera nya? Patah tulang fibula dan engkel kaki kiri mengalami pergeseran. Cedera nya tergolong parah, hingga Bima Sakti harus sampai diterbangkan ke National University Hospital di Singapura.
'Itu periode tersulit karir saya, tapi tak jadi soal, karena saya cedera dengan seragam Timnas.' - Bima Sakti Tukiman.
'Tidak dipungkiri mentalitas saya terganggu, cedera tersebut menghadirkan trauma besar.' - Bima Sakti Tukiman.

Cedera yang memaksa Bima Sakti tidak bisa bermain sepakbola hingga 9 bulan. Adalah R. Ade Mulyati, orang yang berhasil mengembalikan kepercayaan diri Bima untuk tampil kembali di lapangan hijau, ya, dia Istri Bima. Istri Bima berujar, 'Yang penting fokus saja untuk sembuh.' Keluarga adalah PILAR, bagi siapa pun. Dan akhirnya kini 'Bima yang Sakti' masih bisa bermain sebagai jenderal lini tengah Persema, di saat rekan2nya se-angkatan-nya sudah pensiun. Kami terakhir melihatnya di Lebak Bulus dan laga versus Milan Glories di Gelora Bung Karno, masih dahsyat !!!

Teman kami beruntung bisa memiliki jersey Indonesia - Bima Sakti Tukiman di Piala Tiger 1998, ingin kami rampok rasanya

Dan sial nya, sudah dibubuhi tanda tangan, ini jelas tak bisa dimaafkan... Arghhhhh




*rangkuman tweet @indonesiasatufc

Sang Karang Papua - Aples Gideon Tecuari

Beruntung kami (yg dahulu masih kecil tentunya),menyaksikan permainan solid seorang Aples Gideon Tecuari. Aples sering berlatih bersama rekan2 nya di Timnas dan Pelita Jaya di stadion Lebak Bulus - Jakarta. Beberapa rekan nya hadir di Lebak Bulus dengan kendaraan pribadi, Aples datang dari Sawangan (mess Pelita Jaya) dengan angkot :).

Aples berlatih seperti bermain, dan bermain seperti berlatih - Sang Karang Papua. Di suatu aksi nya di Sea Games 1997, Aples sedang mengawal pemain lawan, bola menyusur deras dengan posisi rendah (sebetis). Dalam posisi terjatuh, Aples jelas tidak bisa menggunakan kedua kaki nya, tapi tidak ada kata menyerah bagi Aples. Dia melompat lurus (horizontal), menghalau bola dengan kepala nya, beradu dengan kaki pemain lawan. Aples Gideon Tecuari hebat bukan karena skill olah bola nya, dia hanyalah sosok pesepakbola yang rela 'mati' di atas lapangan. Saya yang duduk di sudut tribun, hanya bisa terperangah. Saya belajar juggling ketika itu di SSB, tapi menyerahkan kepala tidak perlu dipelajari rasanya. Sundulan ala Aples kami mengklasifikasikannya sebagai NALURI KEBANGSAAN, itu tidak bisa dilatih di SSB manapun. Belum pernah kami lihat di SSB manapun teknik menyundul serendah betis ala Aples, bukan teknik, tapi keberanian :D

Aksi Aples bersama Timnas Indonesia, vertical jump nya disini terlihat lebih tinggi dari pemain lawan dan Bepe :D

Di Sea Games 1997, Aples tak lagi starter, posisinya di-back up oleh palang pintu tangguh lainnya Nur' Alim dan Sugiantoro. Aples kala itu mulai terkena penyakit 'langka' yang kita kenal dengan rabun ayam, pengelihatannya mengabur jelang malam hari. Dengan keterbatasan pengelihatan, Aples Gideon Tecuari tetap mampu bermain di final Sea Games tahun 1997, untuk mematikan Kiatisuk Senamuang. Aples tidak cepat, tapi dia seperti keras seperti karang, kami pernah melihat betis nya yg berurat :D

Aples setelah latihan beli gorengan di pelataran Lebak Bulus, untuk disantap nya di dalam angkot, kami beruntung pernah se-angkot dengan nya. Di dalam angkot, Aples tidak duduk di kursi depan, dia memilih duduk di belakang, meski tentu saja ruangan jadi penuh sesak oleh nya.

Aples Gideon Tecuari berasal dari Papua, salah satu gudang talenta sepakbola Indonesia. Setelah pensiun, Aples mengabdikan diri dengan menjadi pelatih Papua Barat di ajang PON. Aples lebih tertarik menjadi 'akar' dibanding menjadi 'pucuk ranting', hal yang sering terlewatkan dalam kerangka sepakbola. Dengan label nya sebagai pemain Timnas dan jaringannya yg luas, tentu mudah bagi Aples andai ingin menangani tim-tim besar Indonesia. Tapi dia lebih tertarik mendirikan SSB di Manokwari, tempat kelahirannya kalau kami tidak salah. Kalo tidak salah, sekarang Aples menjadi PNS di Manokwari.

Aples ketika kembali ke Senayan , masih sangar :D

Striker Timnas U-23, Ferdinand Sinaga, semasa di sekolah dulu dipanggil teman2nya 'Aples', kami ga tau kenapa, nanti coba ditanya hehehe. Ada satu fakta lagi, setiap habis latihan di Lebak Bulus, Aples selalu minum Teh Botol LOL !!! Kami ingin sekali lagi bertemu Aples, berbincang dan tentu saja foto bareng. Itulah Aples dengan segala keberaniannya dan sisi humanis 'ke-Teh Botol-annya'. Oyah, Teh Botol yang dimnium Aples itu dibawa di dalam stadion, gatau juga darimana, beli di warung depan mungkin :D

Si Baja Beton - Maulwi Saelan

Setelah dua hari berturut turut kita berbincang soal kehebatan dan teladan Ramang, kini kami ingin berbagi tentang... Maulwi Saelan. Penjaga gawang Timnas di Olimpiade Melbourne 1956, bersama Ramang dan Tan Liong Houw. Ramang berjuang di depan, Maulwi Saelan berjuang di belakang... Sama2 berjuang.

Aksi Si Benteng Beton - Maulwi Saelan ,ketika menjadi garda trakhir Timnas Indonesia vs Soviet di Olimpiade Melbourne 1956.

Skor berakhir imbang 0-0, diberitakan Maulwi melakukan beberapa penyelamatan gemilang. Kontradiksi latar belakang dengan Ramang, Maulwi adalah seorang yg tenang dan datang dari keluarga terpandang. Ayah Maulwi Saelan adalah Amin Saelan, seorang tokoh pendiri Taman Siswa di Makassar dan seorang tokoh pejuang nasionalis. Tahun 1936, Maulwi muda menyaksikan Jesse Owens, pelari Amerika Serikat di Olimpiade Berlin yang meraih 4 medali emas. Inspirasi datang dari Jesse Owens, 'Suatu hari nanti saya ingin tampil di Olimpiade untuk Indonesia...'

17 November 1956, atau 20 tahun sejak menonton aksi Jesse Owens, Maulwi Saelan merealisasikan mimpi nya, tampil di Olimpiade Melbourne. Bibir tua nya kelu, tapi mata nya menyalak ketika bercerita tentang laga memorable kontra Uni Soviet. 'Mereka tinggi besar, tapi kami sama skali tidak takut...' Maulwi mengisahkan. 'Tangan saya seperti mati rasa menahan tendangan2 pemain Uni Soviet. Saya jatuh, dan harus segera bangun untuk jatuh lagi.' 'Mereka tinggi dan besar seperti beruang merah.' 'Beberapa kali saya harus terlibat kontak fisik, rasanya seperti dihantam palu godam.' 'Andai saja baju Ramang tidak ditarik, pastilah sudah kita 'bunuh' beruang2 merah itu...' 'Pertandingan seperti lama skali, seperti bertanding sehari semalam...', Kala itu hingga babak tambahan waktu memang. 'Waktu itu belum ada peraturan sudden death atau babak penalti, jadi setelah 2 babak, masuk ke extra time...'

Keluarga Maulwi Saelan sangat terpadang, dari golongan sosial menengah ke atas. Di luar sepakbola, nama Maulwi sangat terkenal di kancah politik, politik kala itu hanya ada 1 tujuan... M E R D E K A. Gelora revolusi Agustus 1945 sampai juga di Makassar. Maulwi Saelan, yang ketika itu baru berusia 20 tahun, memilih untuk ikut berjuang. Saat ia mnjd pelajar SMP Nasional, ia dan pelajar lainnya mengorganisir penyerbuan Empress Hotel, yg saat itu berfungsi sebagai markas NICA. Ia sempat ditangkap, dan di situlah ia bertemu dgn Wolter Monginsidi, orang yang kelak menjadi salah satu pemimpin perlawanan di Makassar. Ia bersama dgn Wolter Monginsidi membentuk laskar gerilya “Harimau Indonesia”. Kesatuan gerilya ini kebanyakan beranggotakan pelajar. Kakak kandung Maulwi, yaitu Emmy Saelan. Seorang perempuan pemberani yg gugur dalam pertempuran gagah berani di Kassi-Kassi Makassar. Nama Maulwi Saelan terdengar Presiden Soekarno saat Olimpiade Melbourne. “Bung Karno tny siapa ayah saya,”. Ia pun menjawab, “Amin Saelan.

Maulwi begitu bergairah bila diajak bicara soal sepak bola, dunia yang menghabiskan setengah dari usianya. Sosok Maulwi mengingatkan kami pada legenda Brasil - Socrates. Kami menyebutnya 'Pesepakbola Plus'. Tidak hanya beraksi di lapangan hijau, tapi kemampuan intelejensia membawa mereka ke ranah perjuangan lain - politik. Tapi ya itu tadi, persepsi politik kala itu bukan soal jadi Gubernur ini, ikut Pilkada itu, jadi anggota komisi anu dll. Politik kala itu murni untuk ke-maslahat-an Indonesia

Luiz Inacio Lula da Silva adalah presiden Brasil yang dulu berjuang bersama Socrates. Maulwi Saelan bertemu Bung Karno pada tahun 1958 saat Sang Proklamator berkunjung ke Pare Pare - Sulawesi Selatan. Akhirnya Bung Karno mengangkat Maulwi Saelan sebagai ajudan pribadi nya di tahun 1966. Maulwi Saelan menjadi ajudan Bung Karno yang paling setia. Ia menemani Bung Karno hingga akhir hidupnya. Sebagai Wakil Komandan Tjakrabirawa, sebuah resimen yg bertugas mengamankan Presiden, Maulwi tau banyak jalannya sejarah.

Maulwi Saelan, pemain sepakbola, ajudan Bung Karno, Wakil Komandan Tjakarabirawa, penggagas Yayasan (sekolah) Al Azhar Syifa Budi. Berapa banyak dari pesepakbola saat ini yang memiliki rekam jejak dan warisan seperti Maulwi Saelan...?? Hingga akhir nya Bung Karno 'terpojokan' oleh insiden G/30/S , Maulwi menjadi yang paling vokal membela Bung Karno. Maulwi Saelan membantah tudingan2 kpd Bung Karno tsb dlm buku “Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa: Dari Revolusi 1945 Sampai Kudeta 66. Keteguhan dan keyakinan yg akhir nya ditebus dengan hukuman 4 tahun 8 bulan penjara. Itu tadi kisah 'PLUS' Maulwi di luar dunia sepakbola, sekarang mari kita kembali ke lapangan hijau.

Kami tidak sedang men-direct keimanan politik kalian, kami hanya memaparkan kisah/sejarah/rekam jejak pesepabola Indonesia. Karena kami bilang tadi Maulwi seperti Socrates, 'Pesepakbola Plus', kami paparkan penjelasannya. Kami bercerita pesepakbola Indonesia dengan seluruh 'sidebar' nya, ga sekedar nya. 'Sidebar' dengan segala teladan yang bisa kita implementasi kan di hari ini. Seperti Ramang dan Maulwi dengan KETEGUHANNYA. Berikut ada sedikit petikan wawancara dengan Si Benteng Beton - Maulwi Saelan... Dan astaga, kami sampai lupa menyampaikan ini.. Maulwi Saelan adalah Ketua Umum PSSI periode 1964-1967, masih kurang 'PLUS'....??

Sepak bola adalah permainan masyarakat. Semua suka sepak bola. Kekurangan kita ada dalam pengelolaan, dan pembinaan - Maulwi
'Yang dibutuhkan adalah reorientasi dari berlandaskan materi menjadi nasionalisme...' Maulwi
'Landasan sepak bola Indonesia saat ini lebih pada materi. Padahal landasan sebenarnya adalah alat perjuangan....' Maulwi
HELLO HELLO HELLO HELLO !!!!
Kutipan Maulwi Saelan tadi adalah sebuah tamparan sekaligus kame-hameha Super Saiya 3.

Kompetisi sekarang hanya untuk level atas saja. Saat menjadi Ketum PSSI, saya menggelar Kejuaraan Soeratin, utk mengatasi gap antara senior-junior. Dari sanalah lahir pemain seperti Soetjipto Soentoro dan Abdul Kadir, di era 1960-an sampai 1970-an. Perbanyak latih tanding dengan tim dari negara luar. Pada 1950-1962, setiap tahun tim dari luar negeri bermain di Indonesia. Postur bukan masalah, lihat kami dulu, pendek seperti rata-rata pemain Asia. Kita memang kalah di bola-bola tinggi, tetapi kami imbangi dengan kuat di bola-bola rendah dan juga kecepatan. Tingkat IQ mempengaruhi inisiatif. Dulu kita pny Ramang, yg mencetak banyak gol karena suplai bola matang dari Jamiat Dalhar. Pemain ber-IQ bagus.
Yang tadi masih dari kutipan Maulwi, di umur senja nya, beliau masih memuji setinggi langit rekan2 nya di Timnas Indonesia.

'Seharusnya kita tidak perlu menghiraukan sinar laser itu, karena hanya akan merusak konsentrasi'. 'Bahkan ada yg meminta pertandingan dihentikan. Itu tidak benar, bermain saja meski berlumuran darah seperti Ramang dan Tan Liong Houw'. Maulwi soal final Piala AFF '10.
'Sarana prasarana bukan alasan utama, kami dulu bermain dengan kondisi seadanya'. 'Para pemain tidak mengeluh dengan kondisi tersebut, semangat mereka terus menggelora.




*rangkuman tweet @indonesiasatufc

Ramang

Sesaat lagi kami ingin bercerita tentang seseuatu yang kami anggap spektakuler. Mengapa spektakuler? Karena banyak hikmah dan inspirasi yang bisa kita petik dari cerita tersebut.

Siapa yang sekiranya kenal dengan orang ini...??


Atau ingin gambar lebih spesifik...?? Ini dia


Ada yang tau...?? Karena Lev Yashin saja tau. Dengan bibir kelu, saya akan bertutur haru dan bangga mengucap nama.... RAMANG !!!!
Ramang, dahulu diceritakan jika tendangannya dapat membengkokkan tiang gawang. Ramang, orang yang nyaris membuat malu Lev Yashin, "Ketika itu saya hampir mencetak gol. Tapi kaus saya ditarik dari belakang," kata Ramang. Ramang adalah striker Timnas Indonesia di era 1952-1960.

Di tahun 1954 saat tur berhadapan dgn Filipina, Hongkong, Muangthai, hingga Malaysia. Indonesia berhasil sapu bersih kemenangan seluruh laga. Catatan gol nya pun mencolok, melesakkan 25 gol, dan hanya kemasukan 6. Dari 25 gol, 19 gol diantaranya dilahirkan oleh... RAMANG !!! Kabar yg akhir nya terhembus hingga ke Eropa, beberapa negara besar pun antri untuk menantang kebolehan Indonesia. Mulai dari Yugoslavia yang gawangnya dijaga Beara (salah satu kiper terbaik dunia kala itu). Klub Perancis - Stade de Reims dengan pemain tersohornya, si kaki emas - Raymond Kopa. Klub Rusia - Locomotive dengan penembak maut nya - Bubukin, hingga Grasshopers dengan bintangnya - Roger Vollentein. Disamping lawan2 tadi, yg paling spektakuler tentu saja saat berhadapan dengan Uni Soviet (sekarang Rusia). Siapa yang tak kenal Lev Yashin saat itu? Andai kaos Ramang tak ditarik kala itu, kita bisa menang atas Uni Soviet, skor akhir imbang tanpa gol. Kalian pikir Widodo C. Putro yang melakukan gol tendangan salto pertama untuk Indonesia? Ramang melakukannya saat membawa Indonesia menang 2-0 atas RRC (China), dan kedua 2 gol tersebut berasal dari satu nama...

Ada yang berujar, Ramang seperti menari di atas lapangan, bukti keindahan permainannya, elegan. Sebuah pengakuan dari sebuah sumber, jika kala itu sepakbola sudah dibungkus industri seperti saat ini, Ramang adalah pemain termahal. Nama nya mendunia, tapi kaki Ramang tetap berpijak di bumi, 'Semua berkat kerjasama hebat rekan rekan se-tim...' Saat memuji, Ramang menyebut nama rekan2nya satu per satu... Maulwi Saelan, Rasjid, Chaeruddin, Ramlan, Sidhi, Tan Liong Houw, Aang Witarsa, Thio Him Tjiang, Danu, Phoa Sian Liong dan Djamiat. Disebutkan satu per satu, tidak digeneralisir. Didampingi Suardi Arlan di kanan dan Nursalam di kiri, Ramang bagai kuda kepang di tengah gelanggang.

Bakat Ramang tercium oleh klub sepakbola Makassar Voetball Bond (MVB), yang kini dikenal dengan nama PSM Makassar. Sebelumnya, Ramang bermain untuk Persis (Persatuan Sepakbola Induk Sulawesi). Ketika Persis bermain dalam kompetisi yang diadakan oleh Makassar Voetball Bond , di salah satu partai Persis menang 9-0 atas lawannya. Kemenangan 9-0, brapa gol yg dibukukan Ramang...?? TUJUH.... Kami ulangi, TUJUH. Kami pikir TUJUH hanya cocok di score board bulu tangkis...

Sblm terjun di dunia sepakbola, Ramang hanyalah seorang tukang becak. Setelah itu bekerja di Dinas Pekerjaan Umum, dengan gaji Rp. 3500. Karir nya berakhir di tahun 1968, gantung sepatu di usia 40 tahun... 40 tahun dan masih sanggup berlari, CINTA. Setelah gantung sepatu, Ramang tak meninggalkan sepakbola, dia mengabdikan dirinya sebagai pelatih. Kenapa saya pakai 'mengabdikan'? Karena tak ada kompensasi materi, semua tergerak karena CINTA. Bekal Ramang sebagai pelatih? Pengalaman ditangani langsung oleh pelatih berkelas dunia - Tony Pogacnick di Olimpiade Melbourner 1956. Saat di masa jaya nya bersama Timnas, keluarga Ramang tinggal menumpang di rumah seorang teman. Beruntunglah pesepakbola saat ini yang bisa membuat inisial nama di plat mobil nya...

Suatu hari di tahun 1981, Ramang yang memang seorang perokok keras, pulang usai melatih dalam kondisi basah kehujanan. Ramang merasakan sakit di bagian dada, yang kemudian diketahui sebagai penyakit radang paru2. Tanpa mampu berobat ke rumah sakit, karena keterbatasan biaya, Ramang tutup usia 6 tahun berselang di rumah sederhananya. Karir Ramang di dunia kepelatihan terhenti karena ia hanyalah jebolan Sekolah Rakyat tanpa ijazah.. Birokrasi. Rumah mungil tempat Ramang menghembuskan nafas terakhirnya, kala itu dihuni oleh istri, anak dan cucunya yg berjumlah 19 orang.

Nama MELEGENDA Ramang kini hny dikenang dengan 2 hal, julukan PSM Makasar 'Pasukan Ramang', dan patung Ramang di pintu utara lap. Karebosi. Iwan Fals pernah menulis lagu untuk mengenang Ramang di lagu berjudul 'Mereka Ada di Jalan'. Ini penggalan liriknya... 'Ramang kecil Kadir kecil, Menggiring bola di jalanan, Ruli kecil Riki kecil, Lika liku jebolkan gawang.

Tak ada lagi Ramang, tapi semangat Ramang bisa kita genggam.


*rangkuman tweet @indonesiasatufc

Jumat, September 16, 2011

New Chapter in an old book

Baru aja gw baca berita-berita di media online.. kalo akhirnya PSSI memutuskan untuk menjalankan roda kompetisi sepak bola musim depan dengan format 1 wilayah dan akan diikuti oleh 18 klub.

Ada perasaan senang, dan sedikit heran serta kagum waktu ngeliat twit dari veeola yang di retweet oleh AremaFC, yang nginformasiin pesan singkat dari anggota Exco PSSI soal kompetisi kasta tertinggi persepakbolaan soal format kompetisi itu.

Beberapa minggu belakangan ini banyak berita simpang siur soal format kompetisi yang sudah dinantikan semua pecinta sepakbola tanah air ini.. Sihar Sitorus berulang kali menyatakan bahwa kompetisi akan berformat 2 wilayah dan diikuti 32 tim, mengingat banyaknya peserta yang mendaftar, belakangan ada pula berita yang mengatakan bahwa kompetisi 2 wilayah belum final dan masih menunggu restu FIFA serta AFC. Lalu ada lagi berita soal FIFA yang menyerahkan sepenuhnya soal format kompetisi kepada PSSI, dll dll dll.. Sampe gw sendiri bingung ini berita kok bisa simpang siur begini, ga jelas.. kalau awal nya aja udah gak jelas, barang pasti output kompetisi yang bermuara ke prestasi timnas pun bakalan gak jelas.

Opini gw pribadi sangat menyetujui format 1 wilayah, karna lebih fair.. semua tim berhadapan.. kandang dan tandang.. pemenang kompetisi pun bener2 tim yang terbaik di negeri ini. Memang kalo diliat dari kondisi geografis negara kita, kompetisi model begini makan banyak biaya, ditambah lagi adanya larangan penggunaan APBD untuk tiap peserta kompetisi. Tapi sebanding lah dengan output yang dihasilkan.. JUARA SEJATI !!

Soal pembiayaan yang bengkak karna faktor geografis tadi, biarlah terjadi seleksi alam. Klub-klub yang gak mampu mengarungi kompetisi (dari segi pembiayaan) biarlah berguguran dengan sendirinya.. bukan bermaksud kejam, tetapi agar melecut semangat daya tahan (survival) klub-klub itu sendiri. Mereka akan lebih kreatif mencari pos-pos pemasukan dana.. bisa dari sponsor, donatur, iklan, pemasukan tiket, perekrutan pemain yang lebih selektif, pembinaan yang bagus dll, yang dengan sndiri nya akan mengatrol kualitas kompetisi, serta sangat berimplikasi kepada prestasi Timnas sebagai tujuan terciptanya kompetisi.

Mudah2an persepakbolaan negeri kita segera bangkit! :)