Selasa, Desember 20, 2011

Si Baja Beton - Maulwi Saelan

Setelah dua hari berturut turut kita berbincang soal kehebatan dan teladan Ramang, kini kami ingin berbagi tentang... Maulwi Saelan. Penjaga gawang Timnas di Olimpiade Melbourne 1956, bersama Ramang dan Tan Liong Houw. Ramang berjuang di depan, Maulwi Saelan berjuang di belakang... Sama2 berjuang.

Aksi Si Benteng Beton - Maulwi Saelan ,ketika menjadi garda trakhir Timnas Indonesia vs Soviet di Olimpiade Melbourne 1956.

Skor berakhir imbang 0-0, diberitakan Maulwi melakukan beberapa penyelamatan gemilang. Kontradiksi latar belakang dengan Ramang, Maulwi adalah seorang yg tenang dan datang dari keluarga terpandang. Ayah Maulwi Saelan adalah Amin Saelan, seorang tokoh pendiri Taman Siswa di Makassar dan seorang tokoh pejuang nasionalis. Tahun 1936, Maulwi muda menyaksikan Jesse Owens, pelari Amerika Serikat di Olimpiade Berlin yang meraih 4 medali emas. Inspirasi datang dari Jesse Owens, 'Suatu hari nanti saya ingin tampil di Olimpiade untuk Indonesia...'

17 November 1956, atau 20 tahun sejak menonton aksi Jesse Owens, Maulwi Saelan merealisasikan mimpi nya, tampil di Olimpiade Melbourne. Bibir tua nya kelu, tapi mata nya menyalak ketika bercerita tentang laga memorable kontra Uni Soviet. 'Mereka tinggi besar, tapi kami sama skali tidak takut...' Maulwi mengisahkan. 'Tangan saya seperti mati rasa menahan tendangan2 pemain Uni Soviet. Saya jatuh, dan harus segera bangun untuk jatuh lagi.' 'Mereka tinggi dan besar seperti beruang merah.' 'Beberapa kali saya harus terlibat kontak fisik, rasanya seperti dihantam palu godam.' 'Andai saja baju Ramang tidak ditarik, pastilah sudah kita 'bunuh' beruang2 merah itu...' 'Pertandingan seperti lama skali, seperti bertanding sehari semalam...', Kala itu hingga babak tambahan waktu memang. 'Waktu itu belum ada peraturan sudden death atau babak penalti, jadi setelah 2 babak, masuk ke extra time...'

Keluarga Maulwi Saelan sangat terpadang, dari golongan sosial menengah ke atas. Di luar sepakbola, nama Maulwi sangat terkenal di kancah politik, politik kala itu hanya ada 1 tujuan... M E R D E K A. Gelora revolusi Agustus 1945 sampai juga di Makassar. Maulwi Saelan, yang ketika itu baru berusia 20 tahun, memilih untuk ikut berjuang. Saat ia mnjd pelajar SMP Nasional, ia dan pelajar lainnya mengorganisir penyerbuan Empress Hotel, yg saat itu berfungsi sebagai markas NICA. Ia sempat ditangkap, dan di situlah ia bertemu dgn Wolter Monginsidi, orang yang kelak menjadi salah satu pemimpin perlawanan di Makassar. Ia bersama dgn Wolter Monginsidi membentuk laskar gerilya “Harimau Indonesia”. Kesatuan gerilya ini kebanyakan beranggotakan pelajar. Kakak kandung Maulwi, yaitu Emmy Saelan. Seorang perempuan pemberani yg gugur dalam pertempuran gagah berani di Kassi-Kassi Makassar. Nama Maulwi Saelan terdengar Presiden Soekarno saat Olimpiade Melbourne. “Bung Karno tny siapa ayah saya,”. Ia pun menjawab, “Amin Saelan.

Maulwi begitu bergairah bila diajak bicara soal sepak bola, dunia yang menghabiskan setengah dari usianya. Sosok Maulwi mengingatkan kami pada legenda Brasil - Socrates. Kami menyebutnya 'Pesepakbola Plus'. Tidak hanya beraksi di lapangan hijau, tapi kemampuan intelejensia membawa mereka ke ranah perjuangan lain - politik. Tapi ya itu tadi, persepsi politik kala itu bukan soal jadi Gubernur ini, ikut Pilkada itu, jadi anggota komisi anu dll. Politik kala itu murni untuk ke-maslahat-an Indonesia

Luiz Inacio Lula da Silva adalah presiden Brasil yang dulu berjuang bersama Socrates. Maulwi Saelan bertemu Bung Karno pada tahun 1958 saat Sang Proklamator berkunjung ke Pare Pare - Sulawesi Selatan. Akhirnya Bung Karno mengangkat Maulwi Saelan sebagai ajudan pribadi nya di tahun 1966. Maulwi Saelan menjadi ajudan Bung Karno yang paling setia. Ia menemani Bung Karno hingga akhir hidupnya. Sebagai Wakil Komandan Tjakrabirawa, sebuah resimen yg bertugas mengamankan Presiden, Maulwi tau banyak jalannya sejarah.

Maulwi Saelan, pemain sepakbola, ajudan Bung Karno, Wakil Komandan Tjakarabirawa, penggagas Yayasan (sekolah) Al Azhar Syifa Budi. Berapa banyak dari pesepakbola saat ini yang memiliki rekam jejak dan warisan seperti Maulwi Saelan...?? Hingga akhir nya Bung Karno 'terpojokan' oleh insiden G/30/S , Maulwi menjadi yang paling vokal membela Bung Karno. Maulwi Saelan membantah tudingan2 kpd Bung Karno tsb dlm buku “Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa: Dari Revolusi 1945 Sampai Kudeta 66. Keteguhan dan keyakinan yg akhir nya ditebus dengan hukuman 4 tahun 8 bulan penjara. Itu tadi kisah 'PLUS' Maulwi di luar dunia sepakbola, sekarang mari kita kembali ke lapangan hijau.

Kami tidak sedang men-direct keimanan politik kalian, kami hanya memaparkan kisah/sejarah/rekam jejak pesepabola Indonesia. Karena kami bilang tadi Maulwi seperti Socrates, 'Pesepakbola Plus', kami paparkan penjelasannya. Kami bercerita pesepakbola Indonesia dengan seluruh 'sidebar' nya, ga sekedar nya. 'Sidebar' dengan segala teladan yang bisa kita implementasi kan di hari ini. Seperti Ramang dan Maulwi dengan KETEGUHANNYA. Berikut ada sedikit petikan wawancara dengan Si Benteng Beton - Maulwi Saelan... Dan astaga, kami sampai lupa menyampaikan ini.. Maulwi Saelan adalah Ketua Umum PSSI periode 1964-1967, masih kurang 'PLUS'....??

Sepak bola adalah permainan masyarakat. Semua suka sepak bola. Kekurangan kita ada dalam pengelolaan, dan pembinaan - Maulwi
'Yang dibutuhkan adalah reorientasi dari berlandaskan materi menjadi nasionalisme...' Maulwi
'Landasan sepak bola Indonesia saat ini lebih pada materi. Padahal landasan sebenarnya adalah alat perjuangan....' Maulwi
HELLO HELLO HELLO HELLO !!!!
Kutipan Maulwi Saelan tadi adalah sebuah tamparan sekaligus kame-hameha Super Saiya 3.

Kompetisi sekarang hanya untuk level atas saja. Saat menjadi Ketum PSSI, saya menggelar Kejuaraan Soeratin, utk mengatasi gap antara senior-junior. Dari sanalah lahir pemain seperti Soetjipto Soentoro dan Abdul Kadir, di era 1960-an sampai 1970-an. Perbanyak latih tanding dengan tim dari negara luar. Pada 1950-1962, setiap tahun tim dari luar negeri bermain di Indonesia. Postur bukan masalah, lihat kami dulu, pendek seperti rata-rata pemain Asia. Kita memang kalah di bola-bola tinggi, tetapi kami imbangi dengan kuat di bola-bola rendah dan juga kecepatan. Tingkat IQ mempengaruhi inisiatif. Dulu kita pny Ramang, yg mencetak banyak gol karena suplai bola matang dari Jamiat Dalhar. Pemain ber-IQ bagus.
Yang tadi masih dari kutipan Maulwi, di umur senja nya, beliau masih memuji setinggi langit rekan2 nya di Timnas Indonesia.

'Seharusnya kita tidak perlu menghiraukan sinar laser itu, karena hanya akan merusak konsentrasi'. 'Bahkan ada yg meminta pertandingan dihentikan. Itu tidak benar, bermain saja meski berlumuran darah seperti Ramang dan Tan Liong Houw'. Maulwi soal final Piala AFF '10.
'Sarana prasarana bukan alasan utama, kami dulu bermain dengan kondisi seadanya'. 'Para pemain tidak mengeluh dengan kondisi tersebut, semangat mereka terus menggelora.




*rangkuman tweet @indonesiasatufc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar