Diantara beragam ajang yang pernah dilakoni Timnas Indonesia, Sea Games menjadi salah satu yang paling berkesan. Uniknya, ada 4 gelaran Sea Games yg sangat spesial bagi Timnas , karena pencapaiannya dan karena dihelat di Indonesia. 4 gelaran Sea Games yaitu 1979, 1987, 1997 dan 2011. Seluruh nya dilangsungkan di Jakarta. Uniknya, dari 4 gelaran Sea Games tadi, Timnas Indonesia selalu mampu menembus babak puncak. Yap betul, rekap dr 4 gelaran Sea Games kita berhasil meraih 1 emas dan 3 perak. Buat kami itu pencapaian yang luar biasa baik, kenapa? Karena kita kalah oleh ketidakberuntungan saja.
Salah satu generasi terbaik, Class of '79, Timnas dihuni sejumlah pemain hebat seperti Ronny Pattinasarany, Iswadi Idris hingga Risdianto. Dan jangan lupakan pula pemain serba bisa - Berty Tutuarima. Tim di Sea Games '79 yang konon menjadi kerangka utama sukses prestasi Timnas menembus babak semifinal Asian Games Seoul '86. Timnas di Sea Games 79 diarsiteki penasehat teknik Wiel Coerver dengan duet pelatih Sartono Anwar dan Harry Tjong.
Minggu sore, 30 Sep '79, 100.000 pasang mata memadati stadion Senayan, kita menghadapi Malaysia di babak final. Simson Rumahpasal sebagai bek kanan, Berty di bek kiri, sementara Ronny menjadi libero. Ketika Ronny coba memberi umpan kepada Simson, seorang pemain Malaysia menyerobot bola. Umpan dilepaskan kepada punggawa Harimau Malaya - Mokhtar Dahari, yg melesakkan bola ke gawang kiper Haryanto. Di tahun 97, Ronny pernah bercerita jika kejadian tersebut masih membekas dalam benaknya, kita takluk 0-1. Ronny mengaku dirinya masih beradaptasi sebagai libero, karena biasanya beliau di plot di lini tengah. Tak akan ada kekecewaan berlebih jika anda menyimak kisah di balik perjuangan tersebut berikut ini.
Akhir Juli '79, 30 pemain dikumpulkan di Lembang utk pelatnas, Ronny adalah senior ketika itu. Jangan bayangkan tempat pelatnas yang semegah Hotel Atlet Century, dimana 2 pemain menghuni 1 kamar yang sangat nyaman. Tempat Pelatnas di Lembang penuh sesak dengan 30 pemain, plus official termasuk diantaranya Wiel Coerver. Rully Nere yg menjadi young guns kala itu berujar 'kami sampai menyulap garasi menjadi kamar tidur'. Kejadian unik, karena Ronny yang berstatus bintang dan senior, adalah orang yang harus tidur di garasi, ini instruksi Wiel Coerver. Ronny adalah bintang Warna Agung, pemain lain seperti Rully dan Iswadi merasa 'tidak enak', karena kedua nya tidur di kamar depan. Dengan memberanikan diri, Iswadi coba menanyakan kebijakan tersebut kepada sang penasehat teknis anyar - Wiel Coerver. Rully kepada Wiel 'Ronny adalah pemain top, kami tidak ingin melihatnya tidur di garasi.' Jawaban Wiel, 'Ronny sama dengan pemain lain.' Wiel melakukan itu justru karena tau kebintangan Ronny, dia seperti 'menguji' Ronny. Lebih dari seminggu Ronny tidur di garasi, tak ada protes sedikit pun dari sang legenda. Almarhum memperlihatkan teladan besar. 'Hingga akhir nya Ronny diberikan tempat tidur di paling depan oleh Wiel, tempat yang paling nyaman.' - Risdianto. Hormat kami kepada dua pelakon besar sepakbola Indonesia, Ronny Pattinasarany dan Wiel Coerver.
Penerjemah Wiel Coerver - Sugih Hendarto mengutarakan, awalnya Wiel memasang Rudy Keltjes sebagai libero dan Ronny di tengah. Tapi karena Rudy cedera di laga versus Singapura, Wiel mempercayakan pos libero kepada punggawa nya yang bertalenta besar - Ronny Pattinasarany. Dengan formasi Ronny sebagai libero, Burma dihantam 2-1 dan Thailand dibungkam 3-1. Kita memang hanya mendapat perak saat itu, tapi meraih teladan emas dalam figur Ronny dan Wiel.
Wiel Coerver adalah pelatih yg mengupayakan kesejahteraan bagi para pemain Timnas Indonesia. 'Saya tak ingin pendapatan saya lebih besar dari kalian (pasukannya). Kaki kalian adalah periuk nasi.' - Wiel Coerver. Wiel Coerver menghadap ke Ketum PSSI - Bardarsono, untuk mengupayakan tunjangan bagi seluruh awak Timnas Indonesia.
*rangkuman tweet @indonesiasatufc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar