Eddy Harto terlalu sulit ditembus gawang nya oleh para striker lawan. Widodo C Putro dan Rochy Putiray terlalu tajam untuk dibendung Malaysia, Hariamu Malaya pun mereka jinakkan 2-0. Robby Darwis seperti menguasai 1 lapangan penuh ketika daya jelajah nya memastikan kemenangan 1 gol tak berbalas Indonesia atas Vietnam. Tuan rumah - Filipina mungkin yang paling menyulitkan, tapi lagi-lagi Ferryl Hattu dan Rochy Putiray membuat Garuda terbang dengan kemenangan 2-1. Mentalitas menjadi kunci kemenangan di 2 laga vital, semifinal dan final, kedua nya diakhiri lewat drama adu penalti. Tak hanya stamina, yang semula menjadi fokus pelatih Polosin, tapi juga daya juang, yang kemudian menjadi kunci meraih emas kedua di Sea Games.
20 tahun lalu, ketika sepakbola dilakukan dengan penuh perhitungan dan persiapan matang berakhir dengan resume membanggakan. Di era kepelatihan Polosin, sudah menjadi pemandangan biasa pemain menepi untuk muntah, akibat keras nya porsi fisik dalam latihan. Polosin yang pendiam, mengaku jika persiapan matang menjadi kunci sukses Timnas kala itu. Tidak ada proyek politis, yang hanya ada persiapan teknis seperti terjun ke Piala Presiden di Korsel dan Merdeka Games di Kuala Lumpur. Di Korea, tim nasional mendapat pengalaman berharga saat diremukkan Malta 0-3, Korea Selatan 0-3 dan Mesir 0-6. Di Kuala Lumpur, Indonesia dibungkam klub Austria - Admira Wecker 0-2, Timnas U-23 Cina 1-3 dan menang atas Malaysia 2-1. Ujicoba berkualitas, maka ketika di Manila, semua nya menjadi terasa mudah. "Medali emas ini karena pemain sudah mau berlatih keras," - Polosin (dengan bahasa Indonesia yang belum lancar). Teriakan khas Polosin di sesi latihan Timnas di Stadion Utama Senayan. 'Cipat cipat cipat cipat...!!!!' (maksudnya 'cepat').
"Berlatih seperti berperang, berperang seperti berlatih.''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar